Minggu, 20 Desember 2009

sekilas bahas : anak musisi jalanan

rumah gua di daerah Plumpang-Semper. gua biasanya sih pulang naek KWK 02. tapi kadang gua naek metromini 41. lu tau? hampir setiap kali gua naek metromini, pasti gua menemukan 'anak musisi jalanan'. yah lu tau lah apa.
yang bikin tambah miris itu adalah karena gua menemukan mereka yang berusia terbilang masih kanak-kanak.
itu yang sering bikin miris ngeliatnya. apalagi kalo inget betapa banyaknya yang korupsi! woy! lu liat dong! disana masih banyak anak yang terlantar ke jalanan! dan lu enak-enaknya makan uang negara!! kampret!  sabar hem. 




yap. ini adalah salah satu gambarnya.

masih kecil kan mereka? dan dalam usia begitu muda, mereka udah harus turun ke jalanan untuk mencari uang demi melanjutkan pendidikan. 

tapi, kan kita juga ga bagus ngasih pengamen uang. nanti mereka jadi males cari kerja!

oke. gua tau itu mungkin akan membuat mereka males. tapi gua juga yakin, kalo mereka pasti juga lebih milih duduk manis di rumah dibanding turun ke jalanan, panas-panasan, nyanyi di depan umum. yap, pasti mereka juga melakukannya dengan berat hati.



gua jadi inget novel yang pernah gua baca. novel itu berjudul 100 jam. yap. novel itu bercerita tentang seorang remaja SMA bernama Jasmine. dia itu yatim piatu. suatu hari, karena suatu kebandelannya, ia di hukum oleh Bu Meynar-kepala panti asuhan-yaitu harus mengajar selama 100 jam di sekolah kolong jalan tol! Tapi, ternyata 100 jam itu mengantarnya pada teman-teman yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Jasmine pun tertawa dan menangis bersama mereka.
 di dalam novel itu diceritakan bagaimana kehidupan mereka-anak kolong jalan tol-yang mungkin jarang kita temui di novel-novel teenlit lainnya.

yah begitulah. gua berharap suatu hari nanti gua bisa bikin perpustakaan buat mereka. setidaknya mereka bisa setiap hari dateng ke perpus gua untuk sekedar membaca walaupun hanya sebentar. biar mereka terbiasa membaca. kasian. mereka masih terlalu kecil. ya kan?!





with love, peace, and spirit
-syifa alfi maziyah


0 comments:

Posting Komentar

comment